BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Pengarang
Pecinta Budaya Jawa dengan
nama Dr. RMA Rama Sudi Yatmana. Seorang guru di jagad kasusastran Jawa. Rama
Sudiyatmana lahir di Surakarta pada hari Minggu Pahing tanggal 28 Maret 1937
pukul 11.11 WIB. Ia lahir ditengah keluarga sederhana dari pasangan Bapak
Soekiman Tjiptasudirdja dan Ibu Soedinem. Ayahnya bekerja sebagai Kepala SD
Banaran Pracimantara, sedangkan ibunya seorang Graad V Mangkunegara II. Rama
Sudiyatmana adalah anak kedua dari lima bersaudara. Ia memiliki seorang kakak
bernama Sri Koesmarjiati dan tiga orang adik bernama Widada, Dwi Djatmi dan Sri
Rahayu.
Rama Sudiyatmana sekarang ini tinggal di Jl. Kaliwiru V no.5 Semarang
bersama seorang istri bernama MA Kasmonah. Mereka dikaruniani delapan orang
anak dan delapan orang cucu.
B.
Proses
Kreatif Pengarang
Perjalanan karir dari seorang Rama Sudiyatmana tidaklah singkat. Beliau
pernah mengikuti pendidikan di BI Bahasa Jawa Yogyakarta tahun 1959, BI Bahasa
Indonesia Semarang tahun 1962, Institut Pendidikan Guru Madiun tahun 1964 dan
pernah pula mengikuti pendidikan di Soon Study Courses Australia pada tahun
1975 – 1982.
Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang guru, Rama
Sudiyatmana mulai terjun ke dunia kerja yaitu dengan menjadi guru di berbagai
lembaga pendidikan pada tahun 1959-1989. Tidak hanya itu beliau juga menjadi
dosen luar biasa di FPBS IKIP Semarang pada tahun 1986-1998, menjadi Kasi Bina
Program Bidang Kesenian Kanwil Depdikbud Provinsi Jateng tahun 1989-1993,
Pengawas Dikmenum tahun 1993-1997 dan yang terakhir beliau pernah bekerja
sebagai Dosen STIEPARI Semarang pada tahun 1996 – 2001.
C.
Karya
- karyannya
Dua
belas buku kumpulan geguritan tulisan sastarawan Sudi Yatmana yang telah
diterbitkan sebagai berikut.
1. Layang
Marang Panjenengan
2. Layang
Saka Alam Kalanggengan
3. Saka
Simpang Lima Semarang Ngliwati Harbour Bridge Sydney Menyang Simpang Pitu Kudus
4. Layang
Menyang Swarga
5. Geguritan
Alam Sawegung
6. Geguritan
Wong Pangsiyunan
7. Geguritan
SIBERBERBERBER
8. Sesenggolan
Karo Ggeguritan
9. Geguritan
NUT ING JAMAN KALAKONE
10. Geguritan
Bececeran
11. Carita
Ginurit Sajimpit
12. Geguritanku
Buntut Enem Cucuk Pitu
D.
Kiprah Pengarang
Selama 73 tahun, banyak pengalaman yang didapat oleh Sudi Yatmana.
Pengalaman – pengalaman tersebut antara lain mengajar di 21 lembaga pendidikan, Mengasuh Radio Atmajaya
atau Pasopati Semarang pada tahun 1967 hingga 1996. Beliau juga ikut menyiapkan
Kurikulum Bahasa Jawa pada tahun 1968, 1975, 1984, Bappeda 1988 Muatan Lokal
1994, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Semua pengalaman yang didapat Rama
Sudiyatmana membuatnya selalu dipercaya untuk terlibat dalam beberapa
organisasi seperti menjadi Ketua Dewan Pakar ”Komite Independen Penyelamat Pembangunan (KIPP)” yang diketuai HM.
Ismail, Penasihat ”Lembaga
Kebudayaan Nasional (LKN)” Provinsi
Jawa Tengah yang diketuai DR. Ir. Sri Murni Ardiningsasi, M.Sc, Anggota Dewan
Pakar ”Komite Basa Jawi Pusat Surakarta” yang
diketuai KRHT. H.Wijoyodipuro, dan Penasihat ”Persatuan
Pedalangan Indonesia (Pepadi)” Provinsi Jawa Tengah yang diketuai Drs. H.
Sutadi hingga sekarang.
Dalam Jagad Susastra Jawa, Beliau telah
menghasilkan karya sebanyak 350 judul buku yang sudah diterbitkan oleh 18
penerbit dan dimuat dalam 25 media cetak. Salah satu kumpulan karya Rama Sudi
Yatmana adalah “Guritan – guritane Rama Sudiyatmana unik langka” yang dianalisa
oleh penulis pada kesempatan kali ini.
Karya – karyanya tersebut mengantarkan Beliau untuk menerima berbagai
perhargaan dari berbagai bidang. Penghargaan tersebut antara lain
- Lancana Karya Satya dari
Presiden RI sebagai abdi negara / guru 25 tahun lebih (1988)
- Budaya Bakti Upapradana dari
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jateng sebagai pembina dan pengembang
bahasa dan sastra Jawa (16 Agustus 1991)
- Doktor Bahasa Jawa dari The
London Institute for Applied Research, Inggris (30 Juni 1992)
- Piagam Bhakti Budaya dari Pusat
Lembaga Kabudayan Jawi Surakarta (21 Oktober 1993)
- KRT Yatmadiningrat Keraton
Surakarta Hadiningrat (12 Desember 1996)
- Rekor MURI, Penyelenggara
Perhelatan Pernikahan dengan 15 pembawa acara (Januari 1997)
- KRMT Sudi Yatmana Pura
Mangkunegaran Surakarta (7 Februari 1999)
- Rekor MURI, Penulis Aksara Jawa
Terbesar, The Biggest Javanese Letters in the World (Juli 2002)
- Pemenang Hadiah Sastra Rancage
atas jasanya mengembangkan bahasa dan sastra Jawa dari Yayasan Kebudayaan
Rancage (Ketua Ajip Rosidi) Osaka (31 Januari 2002)
- Rekor MURI Kolektor Kartu Nama
; Kolektor Kata-Kata Mutiara (Juli 2003)
- Rekor MURI, Penyelenggara
Perhelatan Pernikahan dengan 45 pembawa acara dan Penembrama Tersingkat
(22 Mei 2005)
Kiprah Rama Sudi Yatmana terbukti pula
dengan berbagai pengalaman serta prestasi yang beliau dapatkan. Selain
pengalaman yang telah tertera di atas, masih ada beberapa pengalaman lain yang
beliau dapatnya yaitu:
- Sejak 1984 dwija Permadani,
anggota dewan pakar pengurus Permadani pusat (Ketua Mulyadi Purwa Atmaja
dan HE Suprapto)
- Dalam tahun 1996 studi banding
di Melbourne, Canberra, dan Sydney Australia
- Sejak 1997 warga Sanggar Seni
Paramesthi Semarang (Ketua Trontong Sadewa, SH)
- Sejak 18 April 1998 Ketua
Yayasan Karya Dharma Pancasila, Penyelenggara AUB/ STIE AUB Surakarta
- Sejak 25 Februari 1999 anggota
dewan redaksi tabloid Inspirator (Suara Merdeka Group)
- Sejak 10 April 1999 anggota
presidium Pusat Lembaga Kabudayan Jawi Surakarta
- Sejak 18 Mei 1999 Ketua
Paguyuban Manusia Ranah Semesta (Pamarta) Semarang
- Sejak 9 Oktober 2000 Ketua Tim
Peneliti dan Penilai Buku-buku Bahasa Jawa dan Buku-buku Budi Pekerti
Kanwil Depdiknas Propinsi Jawa Tengah
- Akhir Mei Awal Juni 2005
mengikuti Seminar Internasional Bahasa Jawa di Paramaribo Suriname
- Tahun 1991, 1996, 2001, 2006
pemakalah, panitia, moderator, pengarah Kongres Bahasa Jawa I, II, III, IV
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Analisis
strukturalisme dan analisis semiotik
Strukturalisme
pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan
dengan tanggapan dan deskripsi struktur diatas. Kodrat tiap unsur dalam
struktur tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan
oleh hubungannya dengan semua unsure lain yang terkanung dalam struktur itu
(Hawkes, 1978:17_18).
Karya
sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, untuk memahaminya harus
dianalisis (Hill, 1966:6). Menurut T.S. Eliot, bahwa bila kritikus terlalu
memecah-mecah sajak dan tidak mengambil sikap yang dimaksudkan penyairnya
(yaitu sarana-sarana kepuitisan itu dimaksudkan untuk mendapatkan jaringan efek
puitis), maka kritikus cenderung mengosongkan arti sajak. Antara unsur-unsur struktur
sajak ada koherensi atau atau pertauan erat; unsure-unsur itu tidak otonom,
melainkan merupakan bagian dari situasi yang rumit dan dari hubungannya dengan
bagian lain, unsure-unsur itu tidak mendapat artinya (Culler, 1977:170-1).
Semiotik adalah ilmu pengetahuan
tentang tanda (Abrams 1981:170). Teori Strukturalisme – semiotik merupakan
penggabungan dua teori yaitu strukturalisme dan semiotik.
Culler dalam (Ratna 2009:97) mengatakan
bahwa structural dan semiotik merupakan dua teori yang identik, strukturalisme
memusatkan perhatian pada karya, sedangkan semiotic memusatkan perhatian pada
tanda (semion).
B.
Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam
satu baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi bahkan juga pada
keseluruhan baris dan bait puisi. Rima meliputi onomatope (tiruan – tiruan
terhadap bunyi – bunyi), bentuk intern pola bunyi (meliputi aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berulang dan sajak penuh),
intonasi, repetisi bunyi / kata dan persamaan bunyi (Jabrohim, dkk. 2003:54).
Menurut Baribin (1990:43) Rima adalah
bunyi yang sama, yang berulang – ulang yang ditemukan dalam puisi. Menurut
tempatnya dalam puisi, rima dibedakan menjadi rima awal, rima tengah dan rima
akhir.
Sependapat dengan Baribin, Suharianto
(2005:47-49) berpendapat bahwa menurut jenisnya rima dibedakan atas:
1. Berdasarkan Bunyinya
a)
Asonansi : Rima yang disebabkan oleh adanya unsur
vokal yang sama.
b)
Alitrasi : Rima yang disebabkan oleh adanya unsur
konsonan yang sama.
2. Berdasarkan letaknya dalam kata
a)
Rima
Mutlak : Persamaan bunyi vokal
dan konsonan.
b)
Rima
Sempurna : Salah satu suku katanya
sama.
c)
Rima
tak Sempurna : Salah satu dari suku kata hanya vokal atau konsonan yang sama.
3. Berdasarkan letaknya dalam baris
a)
Rima
awal : Persamaan bunyi yang
terjadi diawal baris.
b)
Rima
tengah : Persamaan bunyi yang
terjadi di tengah baris.
c)
Rima
akhir : Persamaan bunyi yang
terjadi di akhir baris.
d) Rima horizontal : Persamaan bunyi yang terdapat pada baris
yang sama.
e)
Rima
vertical : Persamaan bunyi yang
terdapat pada baris yang berlawanan.
C.
Diksi
Terdapat dua unsur utama yang perlu
diperhatikan dalam diksi. Pertama, diksi adalah kemampuan membedakan secara
tepat nuansa – nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, pilihan kata yang tepat dan
sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata bahasa itu
(Keraf dalam Jabrohim, dkk. 2003:35)
Menurut Barfiel dalam Pradopo (1987: 54)
diksi di dalam puisi merupakan (1) kemampuan memilih kata, dan (2) kemampuan
menyusun kata-kata yang dapat menimbulkan imajinasi estetik. Diksi yang
memiliki keindahan estetik seperti itu disebut diksi puisi.
D.
Majas
Ada tujuh macam bahasa figuratif
(majas) berdasarkan pendapat Pradopo (2002:61): yaitu perbandingan, metafora,
metonimia, sinekdot, simile, personifikasi dan pleonasme. Namun hanya
personifikasi yang akan dianalisis penulis.
Personifikasi adalah Menggambarkan
benda-benda mati/barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat
kemanusiaan.
E.
Parafrase
Parafrase adalah mengubah puisi menjadi bentuk sastra lain (prosa). Hal
itu berarti bahwa puisi yang tunduk pada aturan-aturan puisi diubah menjadi
prosa yang tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut.
Macam-macam parafrase :
1.
Parafrase terikat,
yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada
puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih
tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
2.
Parafrase bebas,
yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang
terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita
membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian
menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.
F.
Makna
konotatif dan denotatif
Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh :
- Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam
- Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam
(kupu-kupu malam = wts)
- Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat
- Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat
(lintah darat = rentenir)
Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif
tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
- Mas parto membeli susu sapi
- Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal
- Mas parto membeli susu sapi
- Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal
G.
Kata
arkais
Kata arkais sama dengan kuna, tidak lazim didengar. Arkais dari bahasa Yunani, artinya adalah:
"dari sebuah masa yang lebih awal dan tidak dipakai lagi atau sesuatu hal
yang memiliki ciri khas kuna atau antik." Sesuatu hal dalam ilmu bahasa
yang sudah lama dan tidak digunakan lagi seringkali disebut sebagai "arkaisme".
H.
Kata
asing
Kata dari bahasa asing.
Kata yang berasal bukan dari bahasa jawa .
I.
Tipografi
Merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan
pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan
kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan
membaca semaksimal mungkin.
J.
Pesan/amanat
Waluyo (2000:130) berpendapat bahwa
amanat merupakan apa yang tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan juga
berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat adalah hal yang mendorong penyair
untuk menciptakan puisinya (Jabrohim 2001:67).
BAB
III
HASIL
PENELITIAN
A.
Puisi
1
1.
Rima
Puisi
1 dengan judul Tawangmangu mempunyai
Aliterasi yaitu pada
-
pertama baris ke-2, ke-3, dan ke-5.
Anggalur nalusur ngliwati palur
Jati
wis ngaweawe
Ambabar karanganyar
-
bait kedua baris ke-1 dan ke-2.
Karangpandhan durung rampung anggone dandan
Matesih kawelas asih
-
bait ketiga baris ke-1 dan ke-2.
Kasengsem ndeleng lengkehlengkehing
Pasawahan lan pategalan
-
bait kelima baris ke-2
Tawanging
pangangenangen
-
bait keenam baris ke-2
Mangumanguning lelakon
Pada
puisi 1 juga terdapat banyak asonansi yaitu pada
-
bait pertama baris ke-1, ke-2, ke-5
Oncat
saka bengawan sala
Anggalur nalusur ngliwati palur
Ambabar
karanganyar
-
bait kedua baris ke-1, ke-2, dan ke-3
Karangpandhan durung rampung anggone dandan
Matesih kawelas asih
Ngasihasih tekan pablengan
-
bait ketiga baris ke-1 dan ke-2
Kasengsem ndeleng lengkehlengkehing
Pasawahan
lan pategalan
-
bait kedelapan
Tawange mangune dadi kanyatan
manut jamane
Pada puisi terdapat rima mutlak yaitu pada
-
bait pertama baris ke-3
Jati
wis ngaweawe
-
bait kedua baris ke-3
Ngasihasih tekan pablengan
-
Bait ketiga baris ke-1
Kasengsem ndeleng lengkehlengkehing
-
Bait keempat baris ke-1 dan ke-2
Grojogan sewu angantuantu
Uga kembangkembang
tetanduran lan kamarmu
-
Bait kelima baris ke-2
Tawanging pangangenangen
-
Bait keenam baris ke-2
Mangumanguning
lelakon
Puisi 1 juga mempunyai
rima sempurna yaitu pada
-
Bait pertama baris ke-1 dan ke-2
Oncat saka bengawan sala
Anggalur nalusur ngliwati palur
-
Bait kedua baris ke-7 dan ke-8
Karangpandhan durung rampung anggone dandan
Matesih kawelas asih
Puisi juga terdapat rima tak
sempurna yaitu pada
-
Bait ke-1 baris ke-1dan ke-3
Oncat
saka bengawan sala
Ambabar karanganyar
-
Bait ke-2 baris ke-1
Karangpandhan durung rampung anggone dandan
-
Bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2
Kasengsem ndeleng lengkehlengkehing
Pasawahan lan pategalan
-
Bait ke-4 baris ke-1
Grojogan
sewu angantuantu
2. Diksi
Dalam geguritan berjudul Tawangmangu ini pengarang memilih
berbagai nama tempat menuju Tawangmagu, seperti bengawan sala, palur, jati, tasikmadu, karanganyar, karangpandhan,
matesih, dan pablengan. Jika
pembaca tidak tahu nama tempat tersebut pasti akan menemui kesulitan dalam
memahami puisi ini. Dalam puisi ini masih banyak kata – kata yang jarang
digunakan seperti oncat, tumengkebing,dan
angantuantu.
3.
Majas
Personifikasi pada bait
ke-1 baris ke-3 yaitu jati wis ngaweawe. Pada bait ke-2 baris ke-1
dan ke-2
Karangpandhan durung rampung anggone
dandan
Matesih kawelas asih
4.
Parafrase
Dalam
geguritan ini menceritakan tentang perjalanan menuju Tawangmangu. Ketika akan
menuju Tawangmangu, kita akan melewati beberapa tempat dan suasananya. Yang
pertama dimulai dari Sungai bengawan sala, Palur, Jati, Tasikmadu,
karanganyarm, sampai pablengan. Dimana penulis juga menggambarkan suasana dan perasaannya
ketika melewati kota – kota tersebut.
Ketika perjalanan menuju Tawangmangu
juga banyak dihiasi persawahan dan perkebunan.
Penyair juga menggambarkan Tawangmangu
sebagai angan – angan. Dimana angan – angan atau harapan bisa tercapai
tergantung yang orang yang melakukannya.
5.
Kata
Arkhais
Oncat = pergi dari
Tumengkebing = tertutup
Angantuantu = menanti- nanti
6.
Tipografi
Hampir sama dengan
puisi pada umumnya. Letak dimulai dari kiri. Dan pada bait terakhir hanya ada
satu baris menunjukan kesimpulan dari puisi tersebut.
7.
Pesan
/ amanat
a. Jika
mempunyai keinginan kita harus yakin keinginan itu akan tercapai.
b. Keinginan
harus dilakukan jangan hanya dipirkirkan
B.
Puisi
2
1.
Rima
Pada puisi 2 rima
asonansi yaitu pada bait pertama baris ke-4
Ora mencret sebel bebel
Pada puisi 2 terdapat rima sempurna
pada bait pertama baris ke-4
Ora
mencret sebel bebel
Pada puisi terdapat
rima vertical akhir
-
pada bait kedua baris ke-1 dan ke-2
Apa
ana kang luwih wigati
Dene
wektune lancer ngetrepi
-
pada bait kedua baris ke-3, ke-4, ke-5
Kalis
ngganggu kerja
Bisa
nendra
Lega
2.
Diksi
Dalam geguritan
berjudul lega ini penyair memilih
kata yang umum digunakan karena sesuai dengan judulnya. Bahkan untuk
mengungkapkan rasa lega penyair menggunakan kata mencret dan ngising untuk
benar – benar menggambarkan rasa lega.
3.
Parafrase
Dalam
geguritan ini menceritakan kelegaan. Penyair menggambarkan perasaan lega. lega
yang seperti apa digambarkan penyair disini.tidak ada yang lebih penting dara
perasaan lega. tidur bisa nyenyak dll.
4.
Tipografi
Dalam geguritan ini
bentuk kiri rata seperti pada umumnya. Tapi sebelah kanan mengkerucut pada
alinea pertama baris ke-5 yaitu padhang
jagad iki. Berarti bahwa penekanan yang lebih dalam makna rasa lega. Rasa
lega seperti melihat jagad atau dunia dalam keadaan terang.
5.
Pesan
/ amanat
a.
Rasa lega adalah rasa tanpa ada beban
sama sekali.
b.
Tidak ada yang lebih penting dari rasa lega.
c.
Perasaan lega akan membuat tidur kita
nyenyak. Karena jaman sekarang susah untuk tidur nyenyak seiring semakin
kompleks masalah saat ini.
C. Puisi 3
1. Rima
Pada puisi 3 terdapat aliterasi,
konsonan /j/ pada bait ke-3 baris ke-4. Pada puisi 3 terdapat asonansi yaitu
vocal /a/ pada bait ke-3 baris ke-4. Pada puisi 3 terdapat banyak sekali rima
vertical dan rima awal karena setiap bait selalu di ulang seperti pada bait
ke-1 baris ke-2 dan ke-3 yaitu
Apa
kowe omong wedi
Apa
kowe omong bab wedi
Contoh seperti diatas
juga teerdapat pada bait yang lain.
2. Diksi
Dalam geguritan berjudul omong wedi lan wedi omong, penyair
memilih kata yang umum digunakan. Namun, uniknya banyak kata yang selalu di
ulang – ulang dan ditukar tempat. Kata yang diulang – ulang ini mengandung arti
penegasan seperti pada aja aja aja dan omong
omong-a o-mong-a.
3.
Parafrase
Dalam geguritan omong wedi lan wedi omong menceritakan orang takut dan takut
bicara(berpendapat). Bahwa jangan jadi orang yang penakut dan jangan pernah
bilang takut. Jadilah orang yang berani berbicara(berpendapat).
4.
Tipografi
Penulisan rata tepi kiri sama pada
umumnya. Namun kata aja ada yang
diletakan sendirian dan diulang tiga kali menjelaskan penekanan pelarangan. Dan
penulisan omonga omong-a o-mong-a ini
juga menjelaskan penekanan baik segi pengucapan atau pemaknaan.
5.
Pesan
/ amanat
a. Jadilah
orang yang pemberani.
b. Jangan
pernah takut untuk mengeluarkan pendapat.
D.
Puisi
4
1.
Rima
Dalam puisi 4 terdapat aliterasi
pada bait ke-4 baris ke-5 dan baris ke-6
Kabeh golek cara golek makna
Kang sambungsinambung lan kang pinuju angel
Pada puisi 4 terdapat asonansi pada
- Bait
ke-1 baris ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, dan ke-6
Endi sing
luwih dhisik
Teknologi informasi apa informasi teknologi
Informasi teknologi apa tekologi informasi
Teknologi apa informasi
Informasi apa teknologi
- Bait
ke-2 baris ke-3
Caracaraning
cara babagan
apa
- Bait
ke-4 baris ke-2, ke-3, dan ke-4
Iya cara iya makna
Percumah ana carane
ora ana maknane
Arep apa
ana makna ora ana cara
- Bait
ke-5 baris ke-5
Teknoinfo karo infotekno kuwi ora loro
lho
pada puisi 4 terdapat rima tak sempurna
yaitu /gi/ dan /si/ pada bait ke-1 baris ke-2, ke-3, ke-5 dan ke-6. Juga terdapat
pada bait ke-4 baris ke-4 yaitu
Arep apa ana makna ora ana cara
Pada
bait ke-5 baris ke-5
Teknoinfo karo infotekno kuwi ora loro lho
Pada
puisi 4 juga terdapat rima vertikal yaitu kata cara pada bait ke-2 dan kata lha
pada bait ke-3.
2.
Diksi
Dalam geguritan berjudul Teknologi Informasi, penyair tidak
menggunakan kata – kata yang terlalu sulit. Yang unik dalam puisi ini adalah penyair
banyak mengulang kata dan ditukar tempatnya.
Pengulangan dan penukaran tampat
menggambarkan masyarakat yang masih bingung.
3.
Parafrase
Dalam geguritan ini penyair menceritakan mengenai teknologi dan informasi.
Masyarakat masih bingung mengenai teknologi informasi dan informasi teknologi. Teknologi
informasi atau informasi teknologi.
Teknologi tidak hanya sekedar cara
ataupun hasilnya. Hasil yang seperti apa? Hasilnya tentang informasi. Jadi
kedua – duanya pada dasarnya adalah sama. Cara ataupun makna, keduanya mencari
makna dan cara untuk saling melengkapi. Pada kenyataannya masyarakat masih
belum memahami.bahwa yang sebenarnya teknologi informasi dan informasi
teknologi itu sama.
4.
Kata
Asing
Inform = informasi
5.
Pesan
/ amanat
a. Jangan
berrtindak tanpa berfikir, dan jangan hanya berfikir tanpa bertindak.
b. Pembaca
harus mengerti apa itu teknologi informasi jangan sampai salah pengertian.
Jangan sampai kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk hal negatif.
c. Jangan
membedakan antara teknologi informasi dan informasi teknologi, karena pada
dasarnya keduanya sama.
E.
Puisi
5
1.
Rima
Pada puisi 5 terdapat
aliterasi, konsonan /m/ pada bait ke-2 baris ke-2. Juga konsonan /ng/ pada bait
ke-3 baris ke-2.
Pada puisi 5 juga
banyak terdapat asonansi yaitu pada
- Bait
ke-1 baris ke-1
Wengi
wiwit sepi
- Bait
ke-2 baris ke-3, ke-5, ke-6 dan ke-7
aja
kesusu turu
atur
puji syukur ing gusti
wus paring sagung kabutuhan
wus paring sagung pitulunga
- Bait
ke-3 baris ke-2 dan ke-3
benjing enjing kula tangi
kula
bedhe tetep ngabekti
pada puisi lima terdapat rima tak
sempurna yaitu pada bait ke-2 baris ke-2 dan baris ke-3
ayem tentrem anyrambahi
atur
puji syukur ing gusti
pada puisi 5 terdapat rima awal dan
vertikal yaitu pada bait ke-2 baris ke-6 dan ke-7
wus paring sagung
kabutuhan
wus paring sagung
pitulungan
2.
Diksi
Dalam geguritan berjudul Sugeng ndalu, Gusti, pengarang kembali
menggunakan kata – kata yang tidak terlalu sulit. Namun, masih ada beberapa
kata yang jarang digunakan pada umumnya.
3.
Parafrase
Dalam geguritan ini penyair
menceritakan suasana malam menjelang tidur. Bahwa sebelum tidur kita harus
bersyukur kepada Tuhan atas apa yang diberikan pada hari itu. Dan berharap hari
esok tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
.
4.
Tipografi
Bait pertama berisi 2
baris saja yang menggambarkan suasana saat itu. Bait isiterdiri dari bait yang
banyak dana bait terakhir hanya tiga baris. Bentuk yang unik ini juga membantu
pembaca memahami puisi ini.
5.
Pesan
/ amanat
a. Bersyukurlah
atas apa yang Tuhan berikan.
b. Manfaatkanlah
waktumu untuk selalu bersyukur dan berdo’a.
c. Berdo’a
lah selalu dalam keadaan sedih ataupun senang.
d. Berdo’a
jangan hanya untuk hari ini saja tapi untuk esok hari.
BAB
IV
SIMPULAN
Puisi adalah sebuah struktur yang maknanya
dapat diperoleh dengan cara menganalisis makna tiap – tiap unsur kaitannya
dengan makna unsur lain di dalam puisi itu sendiri
Norma-norma
puisi atau unsur-unsur sajak berjalin secara erat atau berkoherensi secara
padu. Makna sajak ditentukan koherensi norma-norma atau unsure-unsur sajak.
Untuk memahami makna secara keseluruhan sajak dianalisis dengan menggunakan
analisis structural. Analisis structural adalah analisis yang melihat bahwa
unsure-unsur structural sajak itu saling berhubungan erat, saling menentukan
artinya.
Melihat
latar belakang Sudi yatmana tidak diragukan lagi hasil karyanya. Dengan bahasa
yang mudah dipahami dan kejujuran dalam menggunakan kata membuat karyanya mudah
dipahami pembaca.
Daftar
Pustaka
Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graham Widyia.
Kompasiana.
2010. Diksi- Diksi Dalam Puisi. http://bahasa.kompasiana.com
/2010 /10/09/diksi-diksi-dalam-puisi/.
Diakses pada tanggal 13 bulan Juni tahun 2011.
Organisasi.Org. 2008. Pengertian Makna Denotatif, Konotatif,
Lugas, Kias, Leksikal, Gramatikal, Umum dan Khusus. http://organisasi.org/pengertian-makna-denotatif-konotatif-lugas-kias-leksikal-gramatikal-umum-dan-khusus.
Diakses pada tanggal 12 Juni 2011.
Pradopo, Rahmat Djoko.
2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Gadjah Mada Press.
UT.2011.Tinjauan Mata Kuliah Bahasa Indonesia. http://pustaka.ut.ac.id/web/
index.php?option=com_content&view=article&id=125:pbin-4213-&catid=37:pbin&Itemid=111.
Diakses pada tanggal 12 Juni 2011.
Waluyo, Herman J. 2000.
Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:
Erlangga.
mas kalo bisa puisinya disertakan dengan lengkap...
BalasHapusDid you hear there's a 12 word phrase you can speak to your crush... that will trigger intense feelings of love and impulsive appeal for you buried inside his heart?
BalasHapusThat's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, treasure and look after you with all his heart...
====> 12 Words That Trigger A Man's Love Response
This impulse is so hardwired into a man's mind that it will drive him to work harder than ever before to make your relationship as strong as it can be.
In fact, fueling this all-powerful impulse is so binding to achieving the best ever relationship with your man that once you send your man one of these "Secret Signals"...
...You will immediately notice him open his heart and mind for you in a way he never experienced before and he will identify you as the one and only woman in the world who has ever truly attracted him.
As claimed by Stanford Medical, It is really the ONLY reason this country's women live 10 years longer and weigh an average of 19 KG less than we do.
BalasHapus(And actually, it is not related to genetics or some hard exercise and EVERYTHING to do with "how" they are eating.)
P.S, I said "HOW", not "what"...
TAP on this link to find out if this brief quiz can help you discover your real weight loss possibility